Pages

11/25/2009

MIMPI BEKASI 2013

Oleh : Majayus Irone*

Aku cinta Bekasi
Aku Bekasi Cinta
Cinta aku Bekasi
Bekasi cinta aku
Cinta Bekasikah aku?

Sepenggal puisi bergaya hampir sama dengan guratan maestro puisi Sutardji Colzum Bahri menyeruak hening dalam tempurung kepala kita: bicara tentang cinta, kecintaan dan kedalaman cinta pada motherland? Melambungkan kenisbian antara realita atau tengah mimpi. Coba kau cubit kulit pipimu atau kau tampar pelan,…aw sakit juga! Rupanya kita tidak sedang bermimpi tetapi sedang dipermainkan dengan lamunan dan halusinasi imajiner yang berusaha menyandingkan antara kenangan dan harapan. Kata orang bijak, mimpi itu ibarat koin yang kita simpan dalam saku, semakin banyak mimpi itu maka semakin berat koin yang bergayut dalam saku tersebut. Kemudian satu perbuatan yang paling bijaksana adalah bahwa dari seribu mimpi itu kita mampu mewujudkan salah satunya. Bukankah sejarah mengajarkan pada kita bahwa semua yang terwujud sekarang ini berawal dari sebuah mimpi? Lihat mimpi besar manusia abad 19 yang ingin menginjakkan kakinya kebulan. Neil Armstrong dan Yuri Gagarin adalah manusia pertama yang mampu menjejakan kaki dibulan pada sekitar tahun 1969 dengan menggunakan Apollo 11. Apakah itu mimpi? Tentu bukan lagi sebuah mimpi meskipun berawal dari sebuah mimpi. Begitupun teori gravitasi yang populer itu menyatakan bahwa semua benda yang berada di atas permukaan bumi akan kembali jatuh kebumi. Berawal pula dari sebuah mimpi ketika seorang bocah duduk dibawah pohon apel kemudian salah satu buahnya terjatuh dan bocah itu terkagum-kagum melihat peristiwa tersebut. Bukan lagi sebuah mimpi.

Pemutaran film buatan Amerika yang mengangkat tema Kiamat 2012 telah menyentakan mata dunia termasuk anda barangkali yang sudah melihat pemutaran film itu dibioskop 21. Sebauh science fiction movie – serupa dengan sebuah mimpi yang menyuguhkan berbagai rekam jejak bagaimana ketika dunia diombang-ambing perusakan maha dasyat seperti earthquake, landslide, hurricane, tsunami – gempa bumi atau lini – lindu menghancurkan seluruh jagat raya. Sebuah imajinasi yang tersusun amat memukau mengembalikan ingatan kita semua bahwa gempa bumi di Padang, tsunami di Aceh longsor diberbagai dusun adalah sebuah realita yang getir perihnya belum lekang dari hati sanubari saudara-saudara kita. Mereka bukan sedang bermimpi.
Lalu sekarang apakah kita semua sedang bermimpi seperti mimpi Bekasi 2013. Apakah gerangan yang sedang dimimpikan Bekasi. Ibarat wanita hamil yang sedang mengidam, mimpi itu kadang datang serta merta dan hasrat untuk mencicipi segala yang diinginkan oleh wanita hamil yang sedang ngidam tentu bukan perkara main-main. Eksesnya mewajibkan seorang suami meskipun tengah malam buta ditingkahi hujan lebat dan mati lampu “kudu nyari” yang diminta sang istri ngidam itu! Berlarian “ngalor – ngidul” keselebar pelosok tempat hanya sekedar menemukan sesuatu yang sangat sepele tetapi bernilai amat kuat : pelampiasan ngidam. Bekasi memang bukanlah wanita hamil yang sedang ngidam ataupun sang suami yang kebingungan, melainkan strategic area yang dihuni oleh jutaan smart people yang tengah dirundung mimpi besar, mimpi besar untuk mewujudkan kota Bekasi yang unggul dalam Jasa dan Perdagangan bernuansa Ihsan, kemudian dalam short time target ingin mewujudkan kota Bekasi Cerdas, Bersih dan Ihsan tahun 2013. Duet H. Mochtar Muhammad dan H. Rahmat Effendi sebagai the couple leaders kota Bekasi saat ini tentunya harus direspon oleh seluruh lapisan masyarakat untuk menggoalkan mimpi besar tersebut. Mimpi beliau-beliau yang dituangkan dalam visi dan misi kota Bekasi adalah mimpi besar kita berasama. Mimpi seluruh masyarakat Bekasi.


Sekarang ketika era otonomi dan pembangunan, atau sebelumnya dimana buldoser, truk tronton, paku bumi, semen, batu , pasir dan batako meninggalkan jejaknya dibumi menandakan peradaban baru mulai lahir. Modernisasi dan kemajuan menyeruak hebat keseluruh pelosok dusun tidak terkecuali wilayah Bekasi yang luas. Bekasi berubah total. Bekasi menjelma jadi sebuah wilayah industri jasa, perdagangan, pemukiman dan penyangga ibukota Jakarta yang lebih dulu bersolek mempercantik diri seperti para selebriti, menjadikan dirinya impian, buruan harap, tempat penaklukan dan melarungkan angan banyak anak kampung dari pelosok tanah air. Jakarta dan Bekasi layaknya kakak beradik yang begitu dekat berdampingan pun dalam berbagai perubahan. Bekasi berubah, sangat banyak berubah. Dan memang tidak ada satupun yang abadi dipermukaan bumi ini, semuanya berubah, hanya perubahan itu sendiri yang abadi. Kemudian dari perubahan-perubahan itu banyak meninggalkan ekses positif dan negative bagi penduduknya. Bagi masyarakat Bekasi perubahan sudah begitu luas merubah berbagai dimensi kehidupan mulai dari infrstruktur hingga suprastruktur bahkan menyentuh juga dimensi spiritual dan dimensi sosial, yang jika ditinjau daris segi psikologis diketahui bahwa masyarakat Bekasi sudah mengalami kemajuan dalam dimensi kehidupan dalam arti luas. Tetapi sisi negative dari perubahan pun tidak dapat kita elakkan karena mereka berjalan integral, positif dan negative. Ya, perubahan sudah hampir berhasil menyelesaikan misinya. Bekasi mulai bersolek dan terus dibenahi mulai dari kepemimpinan Abdul Fattah hingga Mochtar Mohammad. Perubahan-perubahan secara signifikan terus bergulir melanda Bekasi yang luasnya tidak lebih dari 210,49 kilometer persegi , 8 kecamatan dan 52 kelurahan/desa yang secara geografis berbatasan dengan Kabuapten Bekasi dibagian utara, Kabupaten Bogor dibagian seltan, DKI Jakarta disebelah barat dan Kabupaten disebelah timur, dengan letak astronomis antara 106 derajat BT dan 6 -7 derajat LS serta dengan kepadatan penduduk sekitar 9.178 jiwa per kilometer persegi atau secara akumulatif mendekati 2 juta jiwa. Bekasi bangkit dan membengkak menjadi kota yang luar biasa. The big city, the giant was born. It is Bekasi. Dimana untuk membentuk Bekasi yang paripurna dilakukan banyak perubahan fisik yang tentu saja disinergikan berdasarkan aturan pemda serta tatakota yang baik, meskipun tentu saja banyak juga pejabat nakal, kontraktor zalim atau pun developer culas yang seenak perutnya membabat hampir semua perkebunan, persawahan, tanah kosong, situs tradisional, cagar budaya hingga berbagai kultur yang dibuatnya menjadi luntur dengan dampak yang sangat luas bagi pengetahuan generasi selanjutnya. Sekarang anak-anak usia sekolah dasar di Bekasi kebingungan untuk mengenal seperti apakah bentuknya “pohon beras” (sebutan untuk pohon padi), mereka tidak lagi bisa melihat, mengenal bahkan membayangkan sekalipun bentuknya buah gewok, lobi-lobi, rukem dan jamblang. Bahkan buah kecapi dan rambutan yang dahulu menjadi primadona masyarakat Bekasi nyaris punah akibat direlokasi oleh penggusuran areal permukiman penduduk. Bahkan Kampung Pedurenan – Jatiluhur - Jatiasih yang kesohor karena durenya kini tinggal cerita, karena saat ini sulit ditemukan pohon duren diseantero luas kampung tersebut. Kemana harus kucari buah kecapi sekarang? Seperti apa rasa lezatnya buah duren Pedurenan? Barangkali itu suara risau galau anak-anak Bekasi yang kehilangan memori peninggalan leluhurnya.
Tetapi kemajuan dan hasilnya sudah menggenapi kehidupan kita sekarang. Ketika semuanya serba mudah, transportasi baik, pusat belanja dan mall berdiri megah, tempat-tempat hiburan menjamur, penerangan lampu yang gemerlap, fasilitas komunikasi yang nonstop, semua on line, serta kemudahan untuk sekolah bahkan dicanangkan gratis pendidikan dasar dan menengah oleh Pemkot Bekasi adalah sebuah kemajuan yang signifikan. Terima kasih untuk fasilitas tersebut. Meskipun disisi lainnya kita kehilangan warna-warni rangginang dijemur di atas genteng rumah penduduk ketika menjelang lebaran, suara gedebuk ibu-ibu menumbuk padi, memukul pane menumbuk uli dengan alu atau gerah bermandi keringat mengaduk dodol, kue geplak dan beraneka penganan tradisonal. Kini tergantikan dengan hot dog, burger, fizza, coklat yang dengan mudah dapat ditemui dihampir setiap pusat perbelanjaan. Kemajuan yang signifikan. Sebuah peradaban fenomenal. Sebuah tanda mata era global, yang jika dicermati benar apa yang dikatakan oleh Kenichi Ohmae, “globalisasi telah membuat dunia seolah tanpa sekat batas antara pasar dunia dan domestik, antara lokal dan regional, antara daerah kaya sumber daya alam dengan daerah miskin...” . Kini warna-warni itu digantikan dengan bleching hair hampir sebagian gadis kota.
Bekasi,...melihatmu bukan lagi dalam mimpi. Bekasi is real. Bekasi is true. It is my city. Kota Bekasi dengan berbagai dimensi kelebihan serta kekurangannya memang sudah seharusnya ditatakelola dengan arif dan bijaksana. Pemerintah Kota Bekasi, DPRD, Tokoh Masyarakat, Kaum Muda, Para Intelektual, Budayawan dan Masyarakat harus urun rembug dalam mengengembangkan dan membangun wilayah. Karena partisipasi setiap elemen masyarakat, grass root, under stream, stakeholder, dan apapun sebutan untuk yang lainnya sangat dibutuhkan saat ini. Bekasi sekarang tidaklah serumit Bekasi tiga puluh tahun silam. Bekasi sudah menjelma menjadi kota besar, megapolitan Jabodetabek. Dimana kebijakan untuk mewujudkan itu tengah digodok oleh berbagai pihak terkait. Bahkan dalam salah satu sambutannya dalam Launching Kanal Blogger Bekasi.Com (17 Oktober 2009), Walikota Bekasi Mochtar Mohammad menegaskan bahwa perbaikan akan dilakukan dalam berbagai sektor, seperti misalnya membuat jalan akses Kalimalang untuk lajur kiri dan kanan dalam mengurangi kemacetan lalu lintasnya.
Bekasi,...seperti melihat sebuah planet baru dengan gedung-gedung yang semakin banyak dan meninggi, jalan utama yang lebar, petugas polantas yang sigap, aparatur pemda yang cakap dan ramah dalam melayani warga, memberikan rasa nyaman, aman dan betah bagi siapapun untuk sekedar singgah ataupun settle disana. Pusat-pusat bisnis jasa, perdagangan, industri, pasar tradisional, sarana pendidikan, dimana puluhan kampus mulai berdiri dan operasional di sana menandakan Bekasi telah mengalami kemajuan secara intelektual. Bahkan yang lebih mencengangkan, konon, Pemda dan DPRD tengah bergiat mewujudkan Universitas Negeri Bekasi (UNB), bagaimana khabarmu? dan kemauan untuk membenahi diri, memperbaiki taraf hidup, perekonomian, UMR, pajak dan fiskal memungkinkan kota Bekasi berhasil dalam menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada gilirannya nanti digunakan untuk memperbaiki dan melengkapi berbagai fasos dan fasum warga. Geliat Otonomi Daerah semakin nyata.
Melihat suasana kota Bekasi dari jendela Metropolitan Mall pada malam hari membuat kita sedikit tentram, bahwa ternyata kota Bekasi sudah menjelma menjadi metropolis dengan gemerlap lampu hampir disetiap pojok. Cyber Park yang hangar bingar, Giant yang seperti raksasa betulan, Bekasi Square yang mirip kastil jaman Romawi serta beberapa gedung diseputar mata memandang menunjukkan jatidirinya dengan billboard menyala cerah. Lampu-lampu kendaraan berwarna terang dilihat dari arah depan seperti ribuan kunang-kunang yang berterbangan ketika kota Bekasi masih merupakan lahan persawahan yang subur atau melihat warna lampu merah merona berjajar panjang mengingatkan lampu tempel yang digantung disepanjang jalan dibungkus kertas wajik. Jalan tol Jakarta – Cikampek yang membelah kota Bekasi menjadi dua bagian yang hampir simetris seakan membelah memori di dalam tempurung kepala kita untuk sedikit mengenang kota Bekasi tempo doeloe, sebuah ingatan masalalu yang indah, sederhana, gelap gulita, padang rumput, ternak kambing domba, bebek beriring, macul di kebun atau “nandur” disawah dan “ngoyos” eceng gondok atau mungkin sekumpulan bocah mandi dikali sambil main “tekuil”,…indah benar. Sedangkan dibelahan memori yang lain terukir dengan cermat langkah pembaharuan kota yang terus membahana dimana gedung-gedung dan ruko seperti tumbuh dari dalam tanah menggilas lahan padi yang luas, jalan-jalan beraspal bahkan Jakarta Outer Ring-Road menerobos jalan setapak yang dulu hanya dilewati sepeda ontel atau gerobak sayur membawa hasil panen menuju proyek dan pasar tradisional Bekasi. Sekarang jalan itu sudah lumayan halus dan lebar dilengkapi pula dengan tiga lampu merah kuning hijau disetiap persimpangan. Penertiban dan regulasi budaya modern yang kerap masih saja diterobos oleh pengendara yang kurang sopan padahal Polantas sudah sigap diujung dengan aba-aba dan dering suara peluit,..priiit! “Saudara kami tilang, karena menerobos lampu merah!”. Dan kemudian pengendara itu menepi, pura-pura bego supaya dianggap tidak bersalah, lalu ngajak damai dan ngasih beberapa lembar cash money dari dalam dompetnya, beres! Geblek! Pengendara seperti itu adalah orang-orang bodoh yang mengatur regulasi sesuai selera mereka sendiri, atau oknum polantas yang juga culas dan mau menukar kartu tilang hanya dengan selembar uang? Itu baru soal kecil yang pernah kita cermati, selebihnya puluhan bahkan ratusan budaya kotor berlangsung dikota yang kita banggakan ini setiap waktu. Bekasi tidak harus dibangun dengan budaya jahiliah tersebut, tetapi dengan kemampuan intelektual, etika dan estetika yang elegan. Budaya disiplin, disiplin masuk kantor dan pulang kantor, disiplin melayani masyarakat, disiplin pribadi sebagai masyarakat seperti membayar pajak tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, budaya antre dan semua keluguan yang pernah diwariskan oleh nenek moyang kita dulu, masih adakah itu semua? Kita semestinya khawatir karena budaya ketimuran yang lugu itu sudah mulai hilang karena dianggap norak oleh generasi sekarang!. Keterlaluan. Sungguh keterlaluan! Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan bangsanya, melestarikan budayanya serta menjunjung tinggi bahasanya? Banyak belajarlah dari moment penting hari-hari besar nasoional.
Masyarakat merasakan, berfikir positif, memberikan respon dan masukan serta ikut bergiat dalam berbagai derap pembangunan adalah cara terbaik dalam membangun. Rasanya tidak berlebih jika Laskar Patriot dengan kinerja satu orang satu pohon ditanam dalam lingkungan rumah, jalan-jalan, taman kompleks, taman kota, atau dilahan tidur dan kosong agar beberapa tahun kedepan dapat kita saksikan lagi Bekasi yang rimbun, Bekasi yang hijau, Bekasi yang sejuk, Bekasi yang natural, Bekasi yang elegan,...dengan hutan kota menyejukan paru-paru kita!. Bekasi adalah punya kita, Bekasi adalah milik kita, kita semua yang bertanggung jawab untuk menjaganya, melestarikannya, mempersoleknya dengan budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan, peradaban,...meskipun dengan nuansa modern dan heterogen.
Memasuki peradaban baru dalam gemerlap budaya dan kekinian harus memberikan semangat militan yang kental dengan budaya kerja keras, bersaing dengan sehat, fair dan legowo. Bahwa setiap kemenangan maupun kekalahan dalam situasi dan kondisi apapun sebenarnya sudah diatur oleh yang mengaturnya, yaitu Allah SWT. Sehingga ketika kita ingin menorehkan tinta emas atau mengukir sejarah dalam mengisi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kota Bekasi, siapapun dia dan darimanapun berasal dia, semestinya dilandasi sense of belonging..i’m Bekasi’s community now!. Sehingga ketika membangun kota tercinta ini tidak ada lagi friksi, fikiran kedaerahan, tidak ada lagi perbedaan antara putra daerah dan kaum pendatang, toh Bekasi ini adalah bumi Indonesia juga, milik kita bersama yang harus dibangun, dikelola, dikembangkan, diberdayakan dengan kearifan lokal untuk menyiasati kemandirian global. Kita boleh belajar dari Barrack Obama, seorang lelaki hebat yang mampu meraih mimpinya untuk membangun Amerika. Sehingga rasanya tidaklah berlebihan ketika kita semua menitipkan pembangunan laju kota Bekasi kepda duet M2R yang memiliki visi menjadikan kota ini “ Bekasi Kota Unggul dalam Jasa dan Perdagangan bernuansa IHSAN” menjadikan kota Bekasi sebagai komunitas masyarakat modern serta dengan suatu misi yang luhur menjadikan kota Bekasi sebagai daerah kondusif mulai dari kehidupan beragama, sumber daya manusianya, ekonomi, hukum, sumber daya alam, sumber daya buatan maupun keamanan. Bekasi adalah sebuah realitas yang harus terus diberikan dukungan oleh seluruh komponen dan lapisan masyarakatnya dalam mewujudkan mimpi-mimpi masyarakat Bekasi yang menginginkan daerahnya menjadi sebuah wilayah penuh dengan ketentraman dan kemakmuran. Separuh jalan telah beliau wujudkan dengan menata kota baik berupa kebijakan yang mencerminkan performa infrstruktur maupun suprastruktur. Perluasan jalan-jalan menuju kota, merehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak, memberikan pelatihan bagi aparat pemerintahan, pelayanan gratis untuk kesehatan bagi masyarakat tidak mampu dan pendidikan dasar gratis bagi anak usia sekolah adalah sebagian dari kemajuan regulasi. Dan kemudahan dalam mendown load informasi maupun pengaduan warga sudah disediakan lewat website pemkot Bekasi maupun beberapa departemen didalamnya, dan baru-baru ini launching bloggerbekasi.com adalah sebagai jawaban bahwa pemerintah kota Bekasi memiliki kepedulian yang tinggi dalam merespon segala kebutuhan warganya.
Sekarang marilah kita mulai surfing didunia maya yang tanpa batas ini. Silahkan anda berhahahihi, sekedar say hello, curhat, berkomentar, kritik membangun, memberi saran atau mengeluarkan unek-unek seputar Bekasi, syah-syah saja sepanjang tidak bersinggungan dengan SARA. Bekasi adalah milik kita bersama, segalanya harus kita berdayakan sebagaimana kita memberdayakan potensi yang ada dalam diri kita. Karena maju mundurnya peradaban masyarakat Bekasi menjadi tanggung jawab kita bersama. Curahkanlah segala cinta sesejatinya cinta, karena menaruh rasa cinta pada bangsa adalah bagian dari iman kita. Membangun kota Bekasi dengan segenap potensi, sesuai keahlian profesi, minimal sesuai dengan keinginan hati, meskipun kecil, hanya secuil tentu akan dicatat oleh sejarah dan peradaban. Toh berbuat sesuatu yang sangat besar yang dilakukan dengan arogan dan kesombongan tidak memiliki nilai yang lebih baik dari berbuat sebutir jahrah yang dilakukan dengan tulus ikhlas.


Mewujudkan mimpi melalui cinta merupakan keindahan tiada tara. Keindahan akan nuansa dan harmonika peradaban. Menemukan cinta yang sebenarnya,…ya cinta apa adanya. Sebuah keadaan yang semestinya, seasli-aslinya, mencumbuinya, menggelorakannya, dan cinta itu ada dihadapan kita,…Bekasi, I Love You Full ! It will be realize in 2013.
*Majayus Irone, adalah penulis dan dosen tinggal di Jatiasih – Bekasi.

KOMUNITAS BLOGGERBEKASI.COM

11/12/2009

LECTURER TASK

Make a short paragraph about Background of the Problem for the topic:

"Improving students' mastery in speaking by using Discussion Method"

The paragraph is not less than 1oo words. And it will discuss in next lecturer.

LECTURER TASK

Read this passage and find out the information about Narrative text!
Narrative Text – Rush Hour 2
Write a Narrative Text which The Story is taken from a Movie
RUSH HOUR 2
It began when Chief Inspector Lee (Jackie Chan) and Detective James Carter (Chris Tucker) were taking a vacation to Hong Kong. Unfortunately when they just arrived, a bomb exploded in the American Embassy. Then, Lee was assigned to the case by China Police Department. But U. S. Secret Service didn’t want Lee to be involved this case, because the victims were Americans. So Lee investigated this case personally with James Carter. Then, they knew that the man behind the bomb exploding is Ricky Tan, Lee’s father partner. Then Tan was known as the leader of Triads, the most dangerous gang in China. They discovered that Ricky Tan would be attending a party on his boat.

Finally, they went to that boat at night and found Tan. But when they found Tan, he said “There’s a internal conflict in Triad, I’ll need your help, Lee,”. But when Tan still talking, he was being shot by Hu Li, a sexy women who always accompany Tan in Triad. In the chaos, Hu Li escaped from Lee and Carter. After that, China and U. S. Police Department kicked out them from that case and Carter has been commanded to go back to U. S. But Lee and Carter wanted to solve this case personally. Then they went to L. A. to continue the investigation. On the plane, Carter told Lee that in every big case had a rich white man behind it. And that man was Steven Reign, a man they have met in Tan’s boat when Ricky Tan had been murdered. He has been so suspicious because he has been so calm when Ricky Tan murdered.

Then they went to Reign’s tower and spied Reign’s girlfriend, Molina. Then they saw that Hu Li deliver a pack to Molina’s room. They suggested it was a bomb. Then they saved Molina. But when the pack opened, it was fake money. Then Molina told them that she’s a secret service agent and she gave information that Tan was still alive, he had cheated Lee and Carter. Tan has produced fake money. Molina asked them to find where was Tan produced that money.
Then the investigation brought them to Las Vegas. They realized that the fake money laundered at Steven Reign’s casino, Red Dragon Casino. Lee and Carter bought ‘casino style’ clothes and went to Red Dragon Casino to find the place where Tan used it for producing fake money.
Unfortunately, there, Hu Li captured Lee and placed a little bomb in Lee’s mouth and gagged him. Hu Li took him to Ricky Tan. After Tan had said few words, he left Hu Li with Lee. In the chaos, Hu Li shot Molina on her arm. Lee spitted the bomb from his mouth just before Li detonated it. After Lee had spitted the bomb, he chased Tan and Carter faced Hu Li one on one.
After Carter had beaten Hu Li, he followed Lee and in the ensuring chaos Lee and Carter found Tan and accidentally kicked Tan out the window. Tan fell to his death outside.
Hu Li then entered the room with a bomb on her hand. Lee and Carter leaped out the window just as the bomb went off, sliding on decoration wires with their jacket. It was amazing they were still alive.

This film ended at the airport. U. S. Secret Service Agent (Molina cs.) thanked Lee and Carter for their amazing investigation in this case. Then Lee, Carter and Molina went to the separate ways; Carter to L. A., Lee to Hong Kong, Molina to New York. Before Lee and Carter went to their separate ways, Lee had given the most important thing in his live, his father badge. Then, Carter gave Lee $10,000 that he has won at the Red Dragon Casino. Thinking about that money, they changed their plan and took a vacation again to another place, Big Apple.

11/04/2009

THE TRUE LOVE IS... BEKASI

Suara klakson kendaraan berbunyi ramai disepanjang jalan Kalimalang dipagi hari saat puluhan ribu warga Bekasi pergi bekerja untuk mengais nafkah di ibukota Jakarta, pun sebaliknya ketika jam pulang kerja suasana itu berulang. Sepanjang jalan Kalimalang kita melihat puluhan ribu bahkan ratusan ribu mobil dan motor berjejal, saling salip, saling serobot yang pada akhirnya membuat kemacetan panjang. Padahal sekeras apapun klakson dibunyikan yang terjadi tetap kemacetan, toh jalan yang sempit tidak mungkin melebar hanya karena bunyi klakson dari puluhan ribu kendaraan itu. Kesabaran. Nampaknya orang sudah mulai hilang kesabaran. Rasa lelah, panas dan gerah, belum lagi pressure yang ketat dikantor serasa menumpuk dikepala membuat stress dan ingin segera diledakan atau dibuang setiba dirumah dengan cara mandi berguyur dipancuran atau berendam santai di dalam bathtub. Ya, kemacetan bukan lagi barang aneh di sepanjang jalan Bekasi ini. Jalan raya Bekasi yang pada umumnya sempit, banyak gajlugan, berlobang, lampu lalu lintas yang kurang teratur, angkot yang kalau berhenti suka mendadak dan seenaknya, belum lagi dipersimpangan banyak “ pak Ogah’ yang seperti pahlawan dengan berani mengatur laju kendaraan adalah seabreg-abreg keruwetan yang melanda transportasi di Bekasi. Dan panasnya mulai meninggi di siang hari.

Melihat suasana kota Bekasi dari jendela Metropolitan Mall pada malam hari membuat kita sedikit tentram, bahwa ternyata kota Bekasi sudah menjelma menjadi metropolis dengan gemerlap lampu hampir disetiap pojok. Cyber Park yang hangar bingar, Giant yang seperti raksasa betulan, Bekasi Square yang mirip kastil jaman Romawi serta beberapa gedung diseputar mata memandang menunjukkan jatidirinya dengan billboard menyala cerah. Lampu-lampu kendaraan berwarna terang dilihat dari arah depan seperti ribuan kunang-kunang yang berterbangan ketika kota Bekasi masih merupakan lahan persawahan yang subur atau melihat warna lampu merah merona berjajar panjang mengingatkan lampu tempel yang digantung disepanjang jalan dibungkus kertas wajik. Jalan tol Jakarta – Cikampek yang membelah kota Bekasi menjadi dua bagian yang hampir simetris seakan membelah memori di dalam tempurung kepala kita untuk sedikit mengenang kota Bekasi tempo doeloe, sebuah ingatan masalalu yang indah, sederhana, gelap gulita, padang rumput, ternak kambing domba, bebek beriring, macul di kebun atau nandur disawah dan ngoyos eceng gondok atau mungkin sekumpulan bocah mandi dikali sambil main tekuil,…indah benar. Sedangkan dibelahan memori yang lain terukir dengan cermat langkah pembaharuan kota yang terus membahana dimana gedung-gedung dan ruko seperti tumbuh dari dalam tanah menggilas lahan padi yang luas, jalan-jalan beraspal bahkan Jakarta Outer Ringroad menerobos jalan setapak yang dulu hanya dilewati sepeda ontel atau gerobak sayur membawa hasil panen menuju proyek dan pasar tradisional Bekasi. Sekarang jalan itu sudah lumayan halus dan lebar dilengkapi pula dengan tiga lampu merah kuning hijau disetiap persimpangan. Penertiban dan regulasi budaya modern yang kerap masih saja diterobos oleh pengendara yang kurang sopan padahal Polantas sudah sigap diujung dengan aba-aba dan dering suara peluit,..priiit! “Saudara kami tilang, karena menerobos lampu merah!”. Dan kemudian pengendara itu menepi, pura-pura bego supaya dianggap tidak bersalah, lalu ngajak damai dan ngasih beberapa lembar cash money dari dalam dompetnya, beres! Geblek! Pengendara seperti itu adalah orang-orang bodoh yang mengatur regulasi sesuai selera mereka sendiri, atau oknum polantas yang juga culas dan mau menukar kartu tilang hanya dengan selembar uang? Itu baru soal kecil yang pernah kita cermati, selebihnya puluhan bahkan ratusan budaya kotor berlangsung dikota yang kita banggakan ini setiap waktu. Bekasi tidak harus dibangun dengan budaya jahiliah tersebut, tetapi dengan kemampuan intelektual, etika dan estetika yang elegan. Budaya disiplin, disiplin masuk kantor dan pulang kantor, disiplin melayani masyarakat, disiplin pribadi sebagai masyarakat seperti membayar pajak tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, budaya antre dan semua keluguan yang pernah diwariskan oleh nenek moyang kita dulu, masih adakah itu semua? Kita semestinya khawatir karena budaya ketimuran yang lugu itu sudah mulai hilang karena dianggap norak oleh generasi sekarang!. Keterlaluan. Sungguh keterlaluan! Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan bangsanya, melestarikan budayanya serta menjunjung tinggi bahasanya? Banyak belajarlah dari moment penting memperingati hari Sumpah Pemuda ke- 81 tahun ini.

Memasuki peradaban baru dalam gemerlap budaya dan kekinian harus memberikan semangat militan yang kental dengan budaya kerja keras, bersaing dengan sehat, fair dan legowo. Bahwa setiap kemenangan maupun kekalahan dalam situasi dan kondisi apapun sebenarnya sudah diatur oleh yang mengaturnya, yaitu Allah SWT. Sehingga ketika kita ingin menorehkan tinta emas atau mengukir sejarah dalam mengisi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kota Bekasi, siapapun dia dan darimanapun berasal dia, semestinya dilandasi sense of belonging..i’m Bekasi’s community now!. Sehingga ketika membangun kota tercinta ini tidak ada lagi friksi, fikiran kedaerahan, tidak ada lagi perbedaan antara putra daerah dan kaum pendatang, toh Bekasi ini adalah bumi Indonesia juga, milik kita bersama yang harus dibangun, dikelola, dikembangkan, diberdayakan dengan kearifan lokal untuk menyiasati kemandirian global. Kita boleh belajar dari Barrack Obama, seorang lelaki hebat yang mampu meraih mimpinya untuk membangun Amerika. Sehingga rasanya tidaklah berlebihan ketika kita semua menitipkan pembangunan laju kota Bekasi yang memiliki visi “ Bekasi Kota Unggul dalam Jasa dan Perdagangan bernuansa IHSAN” menjadikan kota Bekasi sebagai komunitas masyarakat modern serta dengan suatu misi yang luhur menjadikan kota Bekasi sebagai daerah kondusif mulai dari kehidupan beragama, sumber daya manusianya, ekonomi, hukum, sumber daya alam, sumber daya buatan maupun keamanan. Kehadiran duet M2M dan Bang Pepen atau H. Mochtar Muhamad dan H. Rahmat Effendi sebagi petinggi kota Bekasi adalah sebuah realitas yang harus terus diberikan dukungan oleh seluruh komponen dan lapisan masyarakatnya dalam mewujudkan mimpi-mimpi masyarakat Bekasi yang menginginkan daerahnya menjadi sebuah wilayah penuh dengan ketentraman dan kemakmuran. Separuh jalan telah beliau wujudkan dengan menata kota baik berupa kebijakan yang mencerminkan performa infrstruktur maupun suprastruktur. Perluasan jalan-jalan menuju kota, merehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak, memberikan pelatihan bagi aparat pemerintahan, pelayanan gratis untuk kesehatan bagi masyarakat tidak mampu dan pendidikan dasar gratis bagi anak usia sekolah adalah sebagian dari kemajuan regulasi. Dan kemudahan dalam mendown load informasi maupun pengaduan warga sudah disediakan lewat website pemkot Bekasi maupun beberapa departemen didalamnya, dan baru-baru ini launching bloggerbekasi.com adalah sebagai jawaban bahwa pemerintah kota Bekasi memiliki kepedulian yang tinggi dalam merespon segala kebutuhan warganya.

Sekarang marilah kita mulai surfing didunia maya yang tanpa batas ini. Silahkan anda berhahahihi, sekedar say hello, curhat, berkomentar, kritik membangun, memberi saran atau mengeluarkan unek-unek seputar Bekasi, syah-syah saja sepanjang tidak bersinggungan dengan SARA. Bekasi adalah milik kita bersama, segalanya harus kita berdayakan sebagaimana kita memberdayakan potensi yang ada dalam diri kita. Karena maju mundurnya peradaban masyarakat Bekasi menjadi tanggung jawab kita bersama. Curahkanlah segala cinta sesejatinya cinta, karena menaruh rasa cinta pada bangsa adalah bagian dari iman kita. Membangun kota Bekasi dengan segenap potensi, sesuai keahlian profesi, minimal sesuai dengan keinginan hati, meskipun kecil, hanya secuil tentu akan dicatat oleh sejarah dan peradaban. Toh berbuat sesuatu yang sangat besar yang dilakukan dengan arogan dan kesombongan tidak memiliki nilai yang lebih baik dari berbuat sebutir jahrah yang dilakukan dengan tulus ikhlas.

Menemukan cinta yang sebenarnya,…ya cinta apa adanya. Sebuah keadaan yang semestinya, seasli-aslinya, mencumbuinya, menggelorakannya, dan cinta itu ada dihadapan kita,…Bekasi!.
yakhanu
yakhanu