Pages

2/24/2011

Sinetron Islam KTP, Satir Namun Mencerdaskan dengan Pesan Agamis dan Moral

Siapapun tidak asing lagi dengan seloroh seperti ini: ” Kecebong anyut anak amis” atau ” Bahlul” atau ” Merabal” atau ” eeh..keceplosan” atau “ Kata Bapak Tebe…” dan sederet seloroh sarkasme yang keluar dari mulut Madit Musyawaroh, Tebe maupun RT Hasan Hutapea serta nasihat lugas dari Bang Ali Nurdin ataupun Ustadz Kodir Gondes yang sesekali menusuk tajam namun menyejukan pada akhirnya. Semua itu dapat kita temukan dalam tayangan sinetron yang setiap hari tayang di Stasiun Televisi SCTV setelah adzan Maghrib hingga jam sembilan malam. Belum lagi perseteruan kocak antara Mamat dan Karyo yang mewakili dua karakter dari etnis Betawi dan Jawa, serta suguhan drama percintaan yang menguras emosi antara Jami, Sabrina dan Nafsih ditambah keluguan Enting dan Dul yang selalu dirundung sial, serta Emak Amsani yang selalu jadi bahan hinaan Madit, seolah menjadi pelengkap bahwa cerita dalam sinetron tersebut dibuat dalam tutur mengalir, ringan, renyah, sederhana, kocak, satir namun mengena dihati penontonnya. Maka tidaklah mengherankan jika rating sinetron Islam KTP terus bertahan.

Ada sebuah sinyalemen yang mengatakan bahwa; ada kerinduan masyarakat/penonton untuk kembali dapat menyaksikan suguhan sinetron sebagai salah satu hiburan yang bukan merupakan hiburan semata namun memberikan nilai lebih yaitu pembelajaran, pesan agamis dan moral yang sudah sangat jarang ditemukan dalam tayangan sinetron ditelevisi belakangan ini. Tayangan sinetron dengan tema cinta, perselingkuhan, rebutan harta dan jabatan serta kekerasan telah membawa dampak negative yang berangsur namun pasti mencekoki masyarakat, meskipun lembaga sensor dan pihak - pihak terkait telah melakukan tugas yang semestinya. Lahirnya sinetron - sinetron sederhana namun dengan konsep yang kuat tentu sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai penonton. Sinetron popular seperti Si Doel Anak Sekolahan yang mampu bertahan hingga beberapa jilid barangkali bisa dijadikan rujukan bahwa sinetron tidak semata harus tayang dengan durasi yang panjang serta episode yang lumayan banyak, melainkan itu bisa terjadi dikarenakan memang masyarakat menyukai tayangan tersebut karena memberikan “sesuatu” yang lain dari kebanyakan sinetron yang pernah ada. Begitupun sinetron Islam KTP yang bertahan hingga mencapai angka ratusan episode dan tayang secara stripping merupakan sebuah usaha dan kerja keras yang luar biasa.

Warid AS sebagai seorang penulis scenario telah berusaha dengan keras untuk menemukan trend baru bagi penonton, yaitu sebuah konsep sederhana yang terjadi dimasyarakat namun dikemas dengan suguhan yang apik, sedikit kocak, satir, blak-blakan, menyinggung, namun berusaha memberikan pelurusan dan kebenaran yang semestinya benar. Pesan - pesan moral dan agama yang dikutip dari Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW dapat dijadikan cermin bagi kita untuk berkaca diri dan introspeksi. Karena sejatinya suguhan yang ditampilkan oleh masing - masing karakter merepresentasikan karakter kita/ masyarakat pada umumnya. Jadi ketika ada kalimat yang menyinggung, memaki, menyindir, memuji semua itu adalah hakikatnya sedang merefleksikan diri kita. Ibarat kata, kita sebagai penonton tengah menguliti dan mengupas keburukan yang ada pada diri kita untuk kemudian diarahkan pada jalan yang semestinya yaitu; kembali pada ajaran agama dengan berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits.

Menonton tayangan televisi apakah berita, infotainment, hiburan, musik, sport, sinetron dan lainnya dengan satu harapan mendapatkan kepuasan sekaligus hiburan dan ilmu pengetahuan/informasi. Namun suguhan tayangan yang baik tentu harus memberikan muatan positif berupa informasi yang mencerdaskan. Maka kedepan diharapkan tayangan televisi tidak melulu hanya mengejar rating serta dukungan iklan yang memadai (meskipun iklan merupakan sumber pembiayaan) namun setidaknya nilai- nilai positif tetap perlu diprioritaskan. Bukankah sebuah tujuan mulia dari media adalah sebagai sarana mencerdaskan bangsa? Maka sudah waktunya stasiun televisi mampu memilah dan memilih jenis dan ragam tayangan yang baik dan bermutu. Dan sinetron tentu akan tetap menjadi primadona tersendiri dihati para pemirsanya.***