Pages

10/21/2009

MENEMBUS IMAJINER BEKASI DALAM PERSPEKTIF GLOBAL

Suara musik Topeng Nyimeh dari Kampung Buwek atau Topeng Nomir dari Bantar Gebang mengusik telinga di sekitar tahun tujuh puluhan menjadi satu hiburan dan tontonan masyarakat ketika melangsungkan hajatan atau mengkhitan anak lelaki mereka, atau juga pemutaran film layar tancep Tongjin yang sangat booming dikala itu. Sedangkan bagi kaum tua lebih suka nonton pagelaran wayang golek Cecep Supriyadi dari Karawang atau wayang kulit Nemit bahkan kliningan musik tradisional sejenis jaipongan. Ketika hampir semua pelosok kampung gelap gulita karena belum ditingkahi listrik hanya lampu blander - teplok disetiap pojok rumah dan obor- colen atau pelita dari botol obat gosok digantung disepanjang jalan kampung sebagai penerang atau petromak bagi keluarga mampu. Bahkan ketika terang bulan purnama muncul mengundang anak-anak keluar rumah untuk bermain inggo umpet, santang, bermain dampu atau gobak sodor. Sementara itu kaum perempuan asyik menggeluti menganyam tikar pandan dari awal rajutan hingga ujung mengukur jejak malam dan para bapak asyik kongko sambil menyeruput kopi pahit ditemani singkong rebus yang ngepruy. Nuansa keheningan amat sangat terasa dan seolah hidup itu begitu sederhana, tentram, tiada kebisingan, bersahaja dan penuh silaturahim. Suara jangkrik yang merdu, suara tonggeret yang serempak, koplakan pengusir burung peking emprit di sawah, atau suara bebek di halau di petakan sawah yang luas,..puluhan tahun silam.

Sekarang ketika era otonomi dan pembangunan, atau sebelumnya dimana buldoser, truk tronton, paku bumi, semen, batu , pasir dan batako meninggalkan jejaknya dibumi menandakan peradaban baru mulai lahir. Modernisasi dan kemajuan menyeruak hebat keseluruh pelosok dusun tidak terkecuali wilayah Bekasi yang luas. Bekasi berubah total. Bekasi menjelma jadi sebuah wilayah industri jasa, perdagangan, pemukiman dan penyangga ibukota Jakarta yang lebih dulu bersolek mempercantik diri seperti para selebriti, menjadikan dirinya impian, buruan harap, tempat penaklukan dan melarungkan angan banyak anak kampung dari pelosok tanah air. Jakarta dan Bekasi layaknya kakak beradik yang begitu dekat berdampingan pun dalam berbagai perubahan. Bekasi berubah, sangat banyak berubah. Dan memang tidak ada satupun yang abadi dipermukaan bumi ini, semuanya berubah, hanya perubahan itu sendiri yang abadi. Kemudian dari perubahan-perubahan itu banyak meninggalkan ekses positif dan negative bagi penduduknya. Bagi masyarakat Bekasi perubahan sudah begitu luas merubah berbagai dimensi kehidupan mulai dari infrstruktur hingga suprastruktur bahkan menyentuh juga dimensi spiritual dan dimensi sosial, yang jika ditinjau daris segi psikologis diketahui bahwa masyarakat Bekasi sudah mengalami kemajuan dalam dimensi kehidupan dalam arti luas. Tetapi sisi negative dari perubahan pun tidak dapat kita elakkan karena mereka berjalan integral, positif dan negative. Sekedar mengingatkan ada sebait puisi yang berjudul “Pesan Almamater Pada Semesta” yang diantara kalimatnya berbunyi:

….

kini tahukah kau, pagi ini Mater berlinang air mata?

Melihat pohon-pohon meranggas mati

Melihat rumahkaca-rumahkaca berdiri

Melihat hutan-hutan dilanda gergaji

Melihat sawah-sawah melahirkan bayi

Melihat sungai-sungai bercampur ragi

Melihat udara air mandi polusi

Dan melihat kau bertangan besi-kehilangan hati

Mengapa? Mengapa semesta kau biarkan lena?

Kau tukar dengan modern fana

Tidakkah? Tidakkah kau takut pada sinar agung mengancam

Bersama magnet rembulan mengangkat laut

Coba, coba kau baca kengerian ini

Betapa dekat-teramat dekat-mencegat!

Ya, perubahan sudah hampir berhasil menyelesaikan misinya. Bekasi mulai bersolek dan terus dibenahi mulai dari kepemimpinan Abdul Fattah hingga H. Mochtar Muhammad. Perubahan-perubahan secara signifikan terus bergulir melanda Bekasi yang luasnya tidak lebih dari 210,49 kilometerpersegi, 8 kecamatan dan 52 kelurahan/desa yang secara geografis berbatasan dengan Kabuapetn Bekasi dibagian utara, Kabupaten Bogor diselatan, DKI Jakarta disebelah barat dan Kabupaten Bekasi disebelah timur yang terletak antara 106 derajat bujur timur dan 6 - 7 derajat lintang selatan serta dengan kepadatan penduduk sekitar 9.178 jiwa per kilometer persegi atau secara akumulatif mendekati 2 juta jiwa. Bekasi bangkit dan membengkak menjadi kota yang luar biasa. The big city, the giant was born. It is Bekasi. Dimana untuk membentuk Bekasi yang paripurna dilakukan banyak perubahan fisik yang tentu saja disinergikan berdasarkan aturan pemda serta tatakota yang baik, bersumber pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi dengan pola penggunaan lahan rasio 51,09% lahan terbangun dan 48,91 lahan tidak terbangun atau berdasarkan rencana pemanfaatan lahan tahun 2000 sd. 2010 lahan terbangun mencapai 77,10% dan lahan tidak terbangun 22,90% meskipun tentu saja banyak juga pejabat nakal, kontraktor zalim atau pun developer culas yang seenak perutnya membabat hampir semua perkebunan, persawahan, tanah kosong, situs tradisional, cagar budaya hingga berbagai kultur yang dibuatnya menjadi luntur dengan dampak yang sangat luas bagi pengetahuan generasi selanjutnya. Sekarang anak-anak usia sekolah dasar di Bekasi kebingungan untuk mengenal seperti apakah bentuknya pohon beras (sebutan untuk pohon padi), mereka tidak lagi bisa melihat, mengenal bahkan membayangkan sekalipun bentuknya buah gewok, lobi-lobi, rukem dan jamblang. Bahkan buah kecapi dan rambutan yang dahulu menjadi primadona masyarakat Bekasi nyaris punah akibat direlokasi oleh penggusuran areal permukiman penduduk. Bahkan Kampung Pedurenan – Jatiluhur - Jatiasih yang kesohor karena durenya kini tinggal cerita, karena saat ini sulit ditemukan pohon duren diseantero luas kampung tersebut. Kemana harus kucari kecapi sekarang? Seperti apa rasa lezatnya buah duren Pedurenan? Barangkali itu suara risau galau anak-anak Bekasi yang kehilangan memori peninggalan leluhurnya.

Tetapi kemajuan dan hasilnya sudah menggenapi kehidupan kita sekarang. Ketika semuanya serba mudah, transportasi baik, pusat belanja dan mall berdiri megah, tempat-tempat hiburan menjamur, penerangan lampu yang gemerlap, fasilitas komunikasi yang nonstop, semua on line, serta kemudahan untuk sekolah bahkan dicanangkan gratis pendidikan dasar dan menengah oleh Pemkot Bekasi adalah sebuah kemajuan yang signifikan. Terima kasih untuk fasilitas tersebut. Meskipun disisi lainnya kita kehilangan warna-warni rangginang dijemur di atas genteng rumah penduduk ketika menjelang lebaran, suara gedebuk ibu-ibu menumbuk padi, memukul pane menumbuk uli dengan alu atau gerah bermandi keringat mengaduk dodol, kue geplak dan beraneka penganan tradisonal. Kini tergantikan dengan hot dog, burger, fizza, coklat yang dengan mudah dapat ditemui dihampir setiap pusat perbelanjaan. Kemajuan yang signifikan. Sebuah peradaban fenomenal. Sebuah tanda mata era global, yang jika dicermati benar apa yang dikatakan oleh Kenichi Ohmae, “globalisasi telah membuat dunia seolah tanpa sekat batas antara pasar dunia dan domestik, antara lokal dan regional, antara daerah kaya sumber daya alam dengan daerah miskin...” . Kini warna-warni itu digantikan dengan bleching hair hampir sebagian gadis perkotaan.

Bekasi,...melihatmu bukan lagi dalam mimpi. Bekasi is real. Bekasi is true. It is my city. Kota Bekasi dengan berbagai dimensi kelebihan serta kekurangannya memang sudah seharusnya ditatakelola dengan arif dan bijaksana. Pemerintah Kota Bekasi, DPRD, Tokoh Masyarakat, Kaum Muda, Para Intelektual, Budayawan dan Masyarakat harus urun rembug dalam mengengembangkan dan membangun wilayah. Karena partisipasi setiap elemen masyarakat, grass root, under stream, stakeholder, dan apapun sebutan untuk yang lainnya sangat dibutuhkan saat ini. Bekasi sekarang tidaklah serumit Bekasi tiga puluh tahun silam. Bekasi sudah menjelma menjadi kota besar, megapolitan Jabodetabek. Dimana kebijakan untuk mewujudkan itu tengah digodok oleh berbagai pihak terkait. Bahkan dalam salah satu sambutannya dalam Launching Kanal Blogger Bekasi.Com (17 Oktober 2009), Walikota Bekasi Mochtar Muhammad menegaskan bahwa perbaikan akan dilakukan dalam berbagai sektor, seperti misalnya membuat jalan akses Kalimalang untuk lajur kiri dan kanan dalam mengurangi kemacetan lalu lintasnya.

Bekasi,...seperti melihat sebuah planet baru dengan gedung-gedung yang semakin banyak dan meninggi, jalan utama yang lebar, petugas polantas yang sigap, aparatur pemda yang cakap dan ramah dalam melayani warga, memberikan rasa nyaman, aman dan betah bagi siapapun untuk sekedar singgah ataupun settle disana. Pusat-pusat bisnis jasa, perdagangan, industri, pasar tradisional, sarana pendidikan, dimana puluhan kampus mulai berdiri dan operasional di sana menandakan Bekasi telah mengalami kemajuan secara intelektual. Bahkan yang lebih mencengangkan, konon, Pemda dan DPRD tengah bergiat mewujudkan Universitas Negeri Bekasi (UNB), bagaimana khabarmu? dan kemauan untuk membenahi diri, memperbaiki taraf hidup, perekonomian, UMR, pajak dan fiskal memungkinkan kota Bekasi berhasil dalam menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada gilirannya nanti digunakan untuk memperbaiki dan melengkapi berbagai fasos dan fasum warga. Geliat Otonomi Daerah semakin nyata.

Masyarakat merasakan, berfikir positif, memberikan respon dan masukan serta ikut bergiat dalam berbagai derap pembangunan adalah cara terbaik dalam membangun. Rasanya tidak berlebih jika Laskar Patriot dengan kinerja satu orang satu pohon ditanam dalam lingkungan rumah, jalan-jalan, taman kompleks, taman kota, atau dilahan tidur dan kosong agar beberapa tahun kedepan dapat kita saksikan lagi Bekasi yang rimbun, Bekasi yang hijau, Bekasi yang sejuk, Bekasi yang natural, Bekasi yang elegan,...dengan hutan kota menyejukan paru-paru kita!

Bekasi adalah punya kita, Bekasi adalah milik kita, kita semua yang bertanggung jawab untuk menjaganya, melestarikannya, mempersoleknya dengan budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan, peradaban,...meskipun dengan nuansa modern dan heterogen. BravoBekasi, I Love U Full !!

No comments:

Post a Comment