Pages

10/08/2009

SINETRON - SKENARIO - FILM

KONSEP FILM HOROR:
“ ONRUST “
Cerita/skenario:
Majayus Irone

Garis Besar Cerita

Cerita misteri tentang asal usul serta keberadaan hantu cantik bernama Maria mengusik rasa penasaran lima anak kota. Mereka adalah Roy (20 th), Bam (19 th), Pong (20 th), Nira(19 th) dan Dewi ( 19 th), yang kebetulan saat itu kuliahnya sedang libur dan mereka berencana menghabiskan liburan tersebut dengan tamasya ke pulau Ayer dan pulau Bidadari dikawasan Kepulauan Seribu.

Sementara itu Dewi dilarang kedua orangtuanya untuk pergi karena saat itu bertepatan dengan seratus hari kematian kakek.

“ Mau cari apa kamu pergi ke pulau angker itu? Kata orang pulau itu banyak hantunya, apalagi ditempat itu dulunya bekas penjara dan orang-orang jahat dibunuh. Kamu tahu nggak, kalau disana bertebaran kuburan tak bertuan..?” .
Dewi cuek bebek. Penjelasan apapun tidak membuat hatinya gentar, justru semua itu semakin menantang nyalinya. Dengan berbagai alasan Dewi berusaha meyakinkan mama dan papa bahwa liburan kali ini betul-betul penting, disamping untuk menghilangkan rasa lelah karena padatnya tugas kuliah, sekaligus melakukan riset kecil-kecilan untuk tugas mata kuliah budaya yang ditugaskan dosen kepadanya. Akhirnya kedua orangtua Dewi mengijinkan.

Merekapun berangkat menggunakan mobil milik Roy. Tetapi mereka menggunakan mobil hanya sampai dermaga, selanjutnya menggunakan boat menuju Pulau Ayer. Di pulau itu mereka menyewa sebuah wisma yang dijadikan sebagai base camp.

Dengan menggunakan laptop yang dibawa mereka dapat mengangkses dan mengekplor tentang keberadaan pulau Onrust yang menawan namun penuh misterius. Tetapi mereka tidak puas. Maka pada suatu siang mereka mendatangi tempat penyewaan boat dan meminta mereka untuk mengantar ke tempat tersebut. Sang pemilik boat menolak dengan alasan bahwa pulau itu angker meskipun Roy cs menawarkan bayaran berlipat. Rupanya mereka tidak kehabisan akal, melalui informasi dari seorang petugas villa Roy cs mendapatkan informasi bahwa ada boat sewaan yang bisa mengantar mereka ke pulau Onrust itu. Akhirnya mereka menemui pemilik perahu itu dan menjelang petang melakukan pelayaran.

Rupanya sore itu cuaca sedang tidak bersahabat, gelombang begitu besar dan hujan turun dengan deras bercampur kilat dan halilintar. Boat yang mereka tumpangi mendadak mati mesin padahal tidak satupun diantara mereka ada yang mengetahui cara memperbaikinya. Hal itu membuat mereka kesal dan terjadilah cekcok yang berakhir dengan baku pukul antara Roy dan Bam. Untung saja Dewi cepat melerai pertengkaran yang tidak berguna tersebut.

“ Memang kalian semua bodoh, maunya menang sendiri dan selalu menggunakan kekerasan sebagai penyelesaian masalah, padahal cara kalian itu jelas-jelas tidak berguna, dan permasalahan semakin banyak…”.

Malam itu mereka terapung ditengah lautan tak tahu arah dan tujuan. Hingga antara tertidur karena kelelahan dan lapar serta menahan dingin yang menusuk kulit hingga ketulang sumsum, mereka melihat seberkas cahaya dikejauhan. Bukan main gembiranya hati mereka, apalagi perahu seolah dibantu gelombang menuju kepada sumber cahaya tersebut.

Sekelompok orang yang tampak aneh segera membawa mereka memasuki sebuah gedung tinggi besar, lumayan megah meskipun kurang terawat baik. Mereka seperti tawanan diseret dan harus berjalan jongkok. Rupanya sekelompok orang ini adalah para penyamun yang bersembunyi dari kejaran polisi laut. Untung saja sebelum lebih lanjut sekelompok orang tadi menyandera dirinya - Roy cs berusaha melawan dan melarikan diri dalam malam ditengah hutan yang lebat tersebut. Mereka lari tunggang langgang tak tentu arah. Akhirnya mereka berpencar….

Roy, Bam dan Nira berlari satu arah dan menemukan sebuah rumah untuk mereka sembunyi.

“Kita selamat, terima kasih Tuhan. Untung gerombolan penyamun itu tidak mengejar kita..”.

Sementara itu Pong berlari entah kemana. Dewipun sendirian dalam pengejaran sekelompok penyamun yang ganas….

Roy cs perlahan masuk ke dalam gedung itu, kemudian seseorang melintas lewat, nampaknya dia pembantu dirumah itu. Di sebuah ruang kosong mereka melihat pigura dan foto-foto terpampang. Ya, jelas itu foto-foto wajah orang asing. Mereka mengira itu pasti orang-orang Belanda yang pernah mereka baca dimedia. Kemudian seorang lelaki tua (Gimin), jelas dia seorang pribumi – mengangetkan dengan kedatangannya yang misterius. Setelah berbicara sejenak, akhirnya Roy cs diperkenankan menemui pemilik rumah tersebut.


Pemiliknya adalah keluarga Belanda – seorang dokter. Mereka baik sekali dan menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi Roy cs. Setelah itu mengantar Roy cs ke kamar mereka, Roy berdua dengan Bam, sedangkan Nira sendirian di kamar yang lain.

Roy dan Bam senang bukan main, bahkan merasa seperti tinggal diistana dan menikmati seluruh fasilitasnya secara gratis. Sementara Nira yang sendiri dalam ruang yang besar dan bagus itu nampak ketakutan dan kawatir. Tak lama seorang pembantu prempuan (narsih) datang dan menjelaskan tentang seluk beluk kamar itu, serta isi dari lemari pakaian yang boleh digunakan oleh Nira jika mau ganti pakaian. Nira mencoba membuka lemari itu dengan hati takut dan simak satu demi satu yang ditemukannya, hingga dia menemukan sebuah diary di laci lemari tersebut dan mencoba membaca isinya…catatan harian Maria…


Dokter Van Mollen, adalah seorang dokter yang memimpin rumah sakit bagi penyandang kusta. Dia memiliki seorang putri remaja yang sangat cantik bernama Maria. Kehidupan keluarga itu berjalan normal meskipun sejak kematian ibunya- Maria menjadi seorang gadis yang agak pemurung. Kini mereka tinggal berdua dan ditemani beberapa pembantu.

Pada saat makan malam itulah Dokter memperkenalkan putrinya pada Roy, Bam dan Nira. Maria sangat senang meskipun hanya tersenyum dingin. Sementara Roy dan Bam berusaha menarik simpatik dengan gayanya yang dibuat-buat. Selesai acara makan malam itu Roy dan Bam membahas tentang kecantikan Maria yang membuatnya jatuh cinta, namun Nira marah karena menggap kedua lelaki itu tidak memikirkan nasib yang menimpa Pong dan Dewi.

“Habis kita mau cari kemana dan dimana? Ini malam non,..dan kita sama sekali tidak tahu medan dan kondisi tempat ini. Yah, semoga saja mereka selamat dan mengalami nasib baik seperti kita, oke? ” komentar Roy.

Malam itu ketika Bam tertidur Roy berusaha menyelinap mendekati kamar Maria. Bagai seorang pencuri Roy mengendap-endap mendekati kamar Maria, dan mengintip…

Sementara Nira tidak dapat tidur karena dicekam rasa takut dan gelisah.

Ditempat lain, Dewi terus berjalan menyusuri belukar dengan menggunakan lampu senter sebagai alat penerang. Disekilingnya hanyalah kegelapan hutan dengan bongkahan kayu, belukar dan onggokan bangkai-bangkai gedung serta sisa-sisa benteng yang runtuh.Suara-suara hewan malam yang liar, burung hantu dan cecikik kelelawar membuat suasana kian mencekam. Dewi berdoa dan membaca ayat-ayat suci sambil terus susuri puing-puing menuju seberkas cahaya dikejauhan.


Roy hendak kembali kekamarnya ketika melihat sesosok bayangan melintas diluar gedung. Roy yang penasaran melihat seperti Maria diluar sana sedang duduk memandangi bulan. Roy mendekati dan Maria menyambutnya. Mereka berbicara sejenak sebelum kemudian wajah Maria meleleh bercucuran darah. Roy terkejut hebat dan berlari menuju kamarnya, segera tidur di sisi Bam. Bam terjaga dan tanyakan sesuatu yang membuat Roy seperti habis melihat hantu.

Nira ditemani Bibik sambil bercerita, “ Dokter Van Mollen orang yang baik, saying istrinya sudah meninggal. Dan putri tunggalnya Maria mengalam depresi dan shock sejak kepergian nyonya. Oya, non Nira, pulau ini juga pernah jadi markas perang, bahkan diujung sana terdapat penjara tempat tahanan. Tak sedikt diantara mereka yang dihukum mati…”. Nira bergidik, apalgi ketika bibi meninggalkannya sendiri ki kamar….


Dewi tertidur pulas di bawah pohon, setengah tertidur dan terjaga dia melihat pembantu lelaki Dokter Van Mollen menaruh racun pada minuman dan menyerahkannya pada dokter itu. Dokter minum minuman tsb dan sejenak muntah darah, dari mulutnya keluar busa, dia mengejang dan mati kaku. Pesuruh itu tertawa puas, diseretnya mayat Van Mollen dan disimpan dalam bunker bawah tanah bersama mayat istrinya, kemudian dia menuju kamar Maria dan berusaha ingin memperkosanya. Maria berlarian berusaha mempertahankan diri, tetapi apa daya lelaki itu begitu kuat. Maria mengalami depresi dan shock berat. Hatinya hancur dan dia nyaris kehilangan ingatan….

Dewi terjaga dan lihat sekelilingnya gelap gulita. Malam semakin larut. Dewi teringat Roy, Bam, Pong dan Nira yang kini tidak berada disisinya. Seperti mendapatkan kekuatan Illahi – Dewi berusaha bangun dan mencari dimana teman-temannya berada.


Roy mendapatkan Bam sedang bercumbu dengan Maria, Dalam penglihatan Roy – Maria adalah sosok setan , maka tanpa berkata apapun Roy menghajar Bam. Bam salah faham, Terjadilah pergulatan sengit antara dua lelaki itu untuk mendapatkan perhatian Maria.

Sementara Nira tertidur gelisah, pintu kamarnya dibuka paksa oleh lelaki pembantu itu yang berusaha ingin memperkosanya. Nira berusaha berontak, kemudian bibik yang datang justru bukan menolongnya tetapi malah bersekongkol ingin mencelakainya. Nira berusaha menghindar dengan melakukan pembelaan diri sekuatnya.

Sementara Pong dikejar hantu Dokter Von Mollen dan istrinya. Pong berlarian menyususri onggokan tanah pekuburan. Pong berteriak-teriak ketakutan. Roy dan Bam yang sedang bergulat mendengar dan mengenali teriak itu. “Pong! Itu suara Pong!”. Mereka berdua tersadar, dan ketika mereka melihat pada Maria – gadis itu sudah meleleh dengan darah yang berceceran. Pong dan Bam berlarian tunggang langgang. Akhirnya mereka terjebak dalam tanah pekuburan yang gelap.


Sementara itu Nira terus berlari dari kejaran Gimin dan Narsih yang berusaha ingin menangkapnya. Nira juga terjebak ditempat yang sama dengan Roy dan Bam. Pong juga ada ditempat itu berusaha menghindari dari kejaran Von Mollen. ‘Kita terjebak, kita tidak bisa lari lagi…ini kuburan hiiyyyyy!!”.

Suasana semakin mencekam, kematian seperti berada didepan mata. Mahluk-mahluk dari alam gaib mulai bermunculan ketika Gimin berteriak-teriak memanggil, “Bangkitlah…bangkitlah…setan…bangkitlah semua penghuni alam kegelapan..bangkitlah semua arwah-arwah penasaran…aku perlu bantuanmu….”. Spontan dan dengan cara yang sporadic semua tanah pekuburan terjebol, terperosok, dari dalamnya menyembul tangan-tangan mahluk kubur berusaha menggapai kaki Roy cs yang terus berusaha menghindar.

Sementara itu Dewi yang mendengar teriakan –teriakan meminta tolong sampai ditanah pekuburan itu. Dewi melihat mahluk-mahluk dari dalam kubur bermunculan berusaha ingin menjangkaunya. Mereka terpojok dan tidak ada ruang gerak untuk melarikan diri. Hingga akhirnya Dewi teringat katak-kata pesan orangtuanya, tetapi rupanya keseratus hari kematian kakeknya membawa kejaiban bagi Dewi yang pada saat ini dia membawa kalung pemberian kakek. Gimin terkesiap begitu melihat kalung yang dikenakan Dewi mengeluarkan cahaya kebiruan. Gimin silau dan menjerit, “Tidak…tidak mungkin….tidakkkkkkkk!” teriak terakhir Gimin sebelum tubuhnya amblas masuk tanah, begitu juga Narsih meleleh bersamaan denangan mahluk lainnya….


Ditimur matahari bersinar terang, tampak Dewi cs tertidur – tergolek di atas tanah pekuburan. Di tempat itu dengan jelas tertulis di atas batu nisannya : Dokter Von Mollen, Maria Mollen.

Mereka terbangun dan alangkah terkejutnya. Hari telah siang, di ujung pantai mereka melihat boat. Mereka semua bergegas masuk boat dan siap untuk pergi, mendadak…boat tertahan….dari dalam laut muncul beberapa pasang tangan dengan kuku terjuntai tajam. Mereka menjerit!!.

Selesai

Casting Characters :

• Dewi ( Tokoh Utama) adalah gadis berumur 19 tahun, cantik, cerdas, berperawakan ramping, putih, trendy dan memiliki pendirian yang kuat serta adventuris.
• Roy (Tokoh Utama ) adalah pemuda berumur 20 tahun, tampan, cerdas, atletis, sedikit cuek/esay going dalam berpenampilan, keras kepala dan memiliki kemauan keras serta adventuris
• Bam ( Tokoh Pembantu) adalah pemuda berumur 19 tahun, agak gemuk, berambut lurus-culun, penakut, penurut namun memiliki karakter suka tantangan.
• Pong ( Tokoh Pembantu) adalah pemuda 20 tahun, tinggi kurus, berkacamata minus, sedikit narsis, agak keras kepala dan suka berdebat.
• Nira ( Tokoh Pembantu) adalah gadis muda berumur 19 tahun, cantik, sedikit pesolek, penakut, tetapi sok berani.
• Maria ( Tokoh Sentral cerita ) adalah gadis berusia 19 tahun, berkulit putih, etnis Belanda, muddy, tertutup dan dingin
• Dr. Van Mollen ( Tokoh Pembantu) lelaki berumur sekitar 50 tahun, tinggi besar, berkacamata, berkumis rapi, perlente, cerdas dan agak narsis.
• Gimin ( Tokoh Pendukung) lelaki berusia 35 tahun, pribumi, jelek, agak norak-kasar dan berpenampilan sembrono-kusut, dingin dan berwatak jahat.
• Narsih ( Tokoh Pendukung) perempuan berusia 30 tahun, pribumi, dengki – sok perhatian, licik dan bermulut sok manis tetapi ngejelimet.
• Figuran – Figuran dengan berbagai karakter.

Setting dan Latar Cerita :

1. Kota Jakarta tahun 2008
2. Pulau Onrust sekitar abad 19
Bekasi, Maret 2008

Majayus Irone
HP.0817754566
Email: Majayus_16@yahoo.com

No comments:

Post a Comment